Kearifan Lokal dalam Tutur Tabu Masyarakat Hindu di Karangasem
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk tutur tabu nilai-nilai kearifan lokal, dan (3) alasan masyarakat Hindu secara turun-temurun menyampaikan tutur tabu yang mengandung kearifan lokal tersebut oleh masyarakat Hindu di Karangasem. Penelitian ini difokuskan pada delapan kecamatan di Kabupaten Karangasem.Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara observasi dan wawancara mendalam. Data yang telah terkumpul nantinya dianalisis dengan menggunakan model alir Miles dan Haberman. Hasilnya menunjukkan bahwa (1) bentuk atau struktur tutur tabu masyarakat Hindu di Karangasem ada 31 bentuk yang ditandai oleh pemakaian pemarkah direktif, seperti sing dadi, ten dadi, nenten dados, da, dan sampunang.Bagaimana pun struktur atau bentuk tutur tabu tersebut, pada dasarnya tutur tabu tersebut berbentuk larangan atau pantangan yang tidak boleh dilanggar yang disampaikan oleh masyarakat Hindu melalui tutur berbentuk perintah. Oleh karena itu, tutur tabu tersebut berbentuk tuturan direktif (perintah). (2) Nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam tutur tabu masyarakat Hindu di Karangasem adalah nilai-nilai kearifan lokal yang terkait dengan tiga kerangka dasar ajaran agama Hindu, yakni tatwa/filsafat, etika/susila, dan upacara. (3) Alasan masyarakat Hindu menyampaikan tutur tabu yang mengandung kearifan lokal tersebut adalah (a) Masyarakat Hindu dipengaruhi oleh unsur-unsur gaib atau magis. (b) Masyarakat Hindu mengutamakan aspek kesopanan dan kehaluasan dalam berbahasa. (c) Masyarakat Hindu ingin membentuk karakter generasi muda Hindu yang beretika dan beradab.
References
Antara, IGP. 1998. Metafora dalam Wacana Bahasa Bali. (Laporan Penelitian setara Disertasi). Singaraja: STKIP.
Ardika, I Wayan. 2007. “Kebudayaan Lokal, Multikultural, dan Politik Identitas dalam Releksi Hubungan Antaretnis antara Kearifan Lokal dengan Warga Cina di Bali”. Artikel. Universitas Udayana.
Bungin, Burhan (Ed.). 2006. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Duranti, A. 1997. Linguistic Anthropology. Cambridge University Press.
Gosong, I Made. 2002. “Menangkal Keterpurukan Bahasa Bali Dalam Persaingan Bahasa” dalam Kongres Linguistik Nasional X. Denpasar: MLI, Pusat Bahasa, dan Fakultas Sastra Universitas Udayana.
Kuntjaraningrat. 1958. Metode Antropologi. Jakarta: Universitas.
Leech, Geoffry.1983. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Diterjemahkan oleh MDD Oka. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Murtika, I Gusti Ayu Ngurah. 2007. Bahasa Tabu dalam Masyarakat Tutur di Desa Muncan, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem. Skripsi (tidak terbit). PBSID, FBS, Undiksha.
Nanoazza. 2008. “Tabu dan Eufemisme”. http://nanoazza.wordpress.com/2008/07/03 /tabu-dan-eufemisme/. Diakses 11 September 2009.
Richard, Jack C. 1995. Tentang Percakapan. Terjemahan Ismari. Surabaya: Airlangga University Press.
Suastra, I Made. 2009. “Bahasa Bali sebagai Simbol Identitas Manusia Bali”. Dalam Linguistika Vol. 16, No. 30. Denpasar. Universitas Udayana.
Sukardi. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Bumi Aksara.
Sumarsono. 2007. Sosiolingustik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Zuriah, Nurul. 2006. Metodelogi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Copyright (c) 2014 Journal Lampuhyang

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.