MAKNA NGUSABHA GEDEBONGDI DESA ADAT NGIS KECAMATAN MANGGIS KABUPATEN KARANGASEM

  • I Ketut Dani Budiantara
  • I Gede Sugiarka STKIP Agama Hindu Amlapura
Keywords: Ngusabha Gedebong, bentuk, dan makna.

Abstract

Desa Adat Ngis sampai saat ini masih melestarikan  adat dan  budaya leluhur. Hal ini terlihat dalam kegiatan yang berkaitan dengan upacara adat terutama dalam melaksanakan upacara Panca Yadnya. Ngusabha Gedebong merupakan salah satu upacara Panca Yadnya yang dilaksanakan umat Hindu di Desa Adat Ngis. Sesuai dengan namanya Ngusabha Gedebong sarana utama  upakaranya menggunakan sarana gedebong ( batang pohon pisang). Ngusabha Gedebong  dilaksanakan  setahun sekali setiap Sasih Kaulu.  Disamping  unik, juga belum pernah dilakukan kajian mendalam tentang bentuk, dan makna  Ngusabha Gedebong  di desa Adat Ngis. Berkaitan dengan itu, kajian difokuskan untuk mendeskripsikan bentuk,  dan makna Ngusabha Gedebong di Desa Adat Ngis tersebut. Penelitian ini menggunakan teknik pendekatan empiris. Jenis penelitian kualitatif, penentuan subjek penelitian purposive sampling. Jenis data digunakan data kualitatif, sumber data primer dan sekunder. Data dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara, dan pencatatan dokumen; serta analisis data deskriptif dengan teknik induksi dan argumentasi. Berdasarkan hasil pembahasan disimpulkan bahwa bentuk Ngusabha Gedebong  di Desa Adat Ngis yaitu  merupakan jenis Dewa Yadnya yang dilaksanakan  setiap satu tahun sekali, tepatnya pada purnamaning sasih kawulu,  dengan sarana upacara terdiri dari : Bayuhan 1 tanding, bayuhan berisi piser/tumpeng yang terbuat dari nasi jit kuskusan dan di ujungnya berisi garam/uyah yang beralaskan kojong, bayuhan berisi belayag 11 (solas) buah,tehenan atanding berisi beras, benang putih, porosan, segau ( daun dapdap yang dialuskan/ditumbuk ),Ungkab Lawang atanding berisi beras, kelapa yang dikupas kulitnya, sampiyan pakecuan,kerik keramas, berisi segau atangkih, kunyit mekihkih atangkih, kapas dan minyak, gegine metunu atangkih, buah lemo atangkih, suah sunggar  sebagai pensucian,segehan putih kuning,buu,petabuh yaitu : tuak, arak, bere,.toya anyar ( air suci  yang masih sukla ), api takepan, tegteg  yaitu : wakul berisi jajan, biu, tumpeng, kasa putih, sampian kejingjing, banten pejatian yang dihaturkan di Bale Agung, ajuman  dan canang sari, dengan proses pelaksanaan meliputi tahap persiapan, pelaksanaan dan penutup.  Sedangkan makna Nngusabha Gedebong  di Desa Adat Ngis yaitu bermakna  mohon kemakmuran, dan wujud syukur.

References

Ali. Sayuti. 1993. Metodologi Penelitian Agama Pendekatan Teori dan Praktek. Jakarta: PT Raja Garfindo Persada.

Awanita, dkk. Made. 1994. Sila dan Etika Hindu. Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu dan Budha. Universitas Terbuka.

Daryanto. 1998. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya : Apolo. .

Mas Putra, I Gst. Agung. 2000. Upakara Yadnya, Denpasar..

Putra, Ny I.G.Ag.Mas.1985. Upacara Dewa Yadnya, Jakarta : Yayasan Dharma Duta.

Pudja. 2004. Manava Dharma Sastra. Surabaya : Paramita.

Pudja. G. 1985. Pengantar Agama Hindu. Jakarta. Mayasari.

Purwadharminto, WJS. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Subagiasta, dkk. 1996. Acara Agama Hindu. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu dan Budha.

Supartha, Ngurah Oka. 2000 Upacara Ngusabha Desa . Denpasar : Percetakan Bali Offset.

Sudharta, Tjok Rai. 2005. Tri Rnam. Denpasar : CV . Kayu Mas.

Tim Penyusun. 2002. Kamus Istilah Agama Hindu. Milik Pemerintah Provinsi Bali. Kegiatan Peningkatan Sarana dan Prasarana Kehidupan Beragama Tahun 2004.

Triguna, IB G.Yuda. 1997. Mobilitas Kelas Konflik dan Penafsiran Kembali Simbolisme Masyarakat Hindu di Bali. Disertasi Doktor dalam Ilmu Sosial Pada Universitas Padjajaran. Bandung (Tidak Diterbitkan).

Wijayananda, Ida Pandita Mpu Jaya. 2004. Makna Filosofis Upacara dan Upakara, Surabaya : Paramita.
Published
2022-01-01
How to Cite
Dani Budiantara, I. K., & Sugiarka, I. G. (2022). MAKNA NGUSABHA GEDEBONGDI DESA ADAT NGIS KECAMATAN MANGGIS KABUPATEN KARANGASEM. LAMPUHYANG, 13(1), 50-69. https://doi.org/10.47730/jurnallampuhyang.v13i1.296
Section
Articles