Pendidikan Dan Tri Hita Karana Kajian Etnopedagogi
Abstract
Perkembangan saat ini dikenal dengan sebutan revolusi industri yaitu revolusi industri 4.0. Revolusi industry ini ditandai dengan lahirnya teknologi digital yang berdampak masif terhadap hidup manusia di seluruh dunia. Perkembangan IPTEK ini tentunya tentunya tidak hanya membawa dampak positif untuk keberlangsungan peradaban manusia, namun juga membawa dampak yang negatif. Dalam hal inilah tantangan sesungguhnya dunia pendidikan dalam mencetak SDM yang berkualitas sehingga tidak dikalahkan oleh robot. Seperti yang diketahui bahwa SDM yang berkualitas itu adalah SDM yang memiliki kompetensi. Kompetensi itu dicirikan oleh dikuasainya pengetahuan, keterampilan, dan sikap oleh manusia pada bidang pekerjaan tertentu. Melihat hal tersebut, ada satu keunggulan manusia dibandingkan dengan robot, yaitu manusia memiliki sikap. Kehadiran Etnopedagogi memiliki peranan yang besar dalam pengembangan softskill. Etnopedagogi dapat didefinisikan sebagai pembelajaran berbasis etnik yang mengedepankan kearifan lokal sebagai media dan sumber belajar. Salah satu kearifan lokal di Bali yang bisa dipergunakan sebagai pijakan dalam menjalankan pendidikan adalah Tri Hita Karana. Masifnya perkembangan Tri Hita Karana hendaknya direspon positif pula oleh dunia Pendidikan. Oleh karena itu, dalam hal ini akan dibahas mengenai kaitan antara Pendidikan dan Tri Hita Karana. Selanjutnya penelitian ini menggunakan pendekatan empiris. Sementara itu, penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian kualitatif. Metode penentuan subjek yang dipakai dalam penelitian ini adalah sampling nonprobability dengan jenis purposive sampling (sampling yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu). Metode pengumpulan data yang dipakai adalah wawancara dan studi kepustakaan. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara induktif mulai dari Reduksi data, klasifikasi data, display data, interpretasi data, dan penarikan Kesimpulan.
Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini adalah dapat disimpulkan bahwa terdapat pertalian di antara Pendidikan dan THK sebagai salah satu Budaya Lokal Bali. Pertalian tersebut adalah bahwa dalam Pendidikan dibutuhkan kehadiran kearifan lokal. Kearifan lokal ini tentunya diharapkan dapat membantu Masyarakat Indonesia untuk mencapai kondisi toleransi yang ideal di tengah-tengah multikultur yang ada. Selain itu, ditengah Masyarakat yang multikultur, dengan hadirnya Pendidikan yang mengacu pada kearifan lokal diharapkan dapat membentuk akulturasi budaya, sehingga perkembangan budaya tersebut akan dapat berjalan dengan lebih masif, dan tentunya akan berujung pada kekayaan budaya yang ada di Indonesia. Terlebih lagi pelaksanaan Pendidikan yang berbasiskan kearifan lokal yaitu berlandaskan Tri Hita Karana, sehingga perkembangan Pendidikan, perkembangan budaya, keragaman budaya, dan toleransi akan dapat berjalan dengan seimbang. Keseimbangan ini terbentuk karena adanya hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan alam, dan manusia dengan manusia lainnya. Melalui Pendidikan yang berlandaskan Tri Hita Karana tentu akan dapat mengasah subjek belajar ke arah kepekaan religius, kepekaan sosial, dan kepekaan terhadap lingkungan. Hal inilah yang akan mewujudkan tujuan Pendidikan yaitu menjadikan manusia menjadi manusia seutuhnya.
References
Joko Pitoyo, Agus dan Hari Triwahyudi. 2017. Dinamika Perkembangan Etnis di Indonesia dalam Konteks Persatuan Negara. Populasi. Volume 25 Nomor 1 Halaman 64-81. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Koentjaraningrat. 1993. Hambatan-hambatan dalam pembangunan. Jakarta: Gramedia.
Mukhibat, M. (2015). Memutus mata rantai radikalisme dan terorisme berbasis studi Etnopedagogi di PTNU dalam membentuk keberagaman inklusif dan pluralis. ISLAMICA: Jurnal Studi Keislaman, 10(1), 222–247.
Rahmawati, Y., Ridwan, A., Cahyana, U., & Wuryaningsih, T. (2020). The integration of ethnopedagogy in science learning to improve student engagement and cultural awareness. Universal Journal of Educational Research, 8(2), 662–671. https://doi.org/10.13189/ujer.2020.080239.
Rosyadi, Slamet. 2018. Revolusi Industri 4.0: Peluang dan Tantangan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Samsu. 2007. Pendidikan Muli Kultural. https://www.researchgate.net/publication/336276007
Sastrawan, A.A.G.A. 2005. Esensi Hindu dalam pengelolaan lingkungan, dalam Tri.
Sudarta, W. 2012. “Penerapan Tri Hita Karana di Subak Kawasan Perkotaan (Kasus Subak Anggabaya, Kota Denpasar)”. SOCA. Vol. 9. No.2. (hal. 7-14).
Sudiarja, A. 2009. Dari Inisiasi Kultural ke Multikulturalisme. Dalam Basis Nomor 7-8, Tahun ke 58, Juli-Agustus 2009.
Sugara, Ujang dan Sugito. 2022. Etnopedagogi: Gagasan dan Peluang Penerapannya di Indonesia. https://www.researchgate.net/publication/366684377
Surat Edaran Gubernur Bali, Nomor 556/1237/I/Dispar, Tanggal 4 Agustus 2011, tentang Bali Green Province. 2011. Denpasar: Dinas Pariwisata Provinsi Bali.
Wiana, K. 2005. Manusia unsure sentral dalam THK, dalam Tri Hita Karana tourism awards and accreditation. Denpasar: Green Paradise.
Wikipedia Indonesia, diakses 15 Oktober (2023). Mulitikulturalisme.
Windia, W. dan R.K. Dewi. 2011. Analisis bisnis yang berlandaskan Tri Hita Karana. Denpasar: Udayana University Press.
Undang-undang Republik Indonesia, Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan. 2009. Jakarta.
Yamin, M. dan Vivi Aulia, 2011. Meretas Pendidikan Toleransi Pluralisme dan Multikulturalisme Keniscayaan Peradaban. Malang: Madani Media.
Copyright (c) 2025 JURNAL LAMPUHYANG STKIP AMLAPURA

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.